Timor Leste, Indonesia: Perseteruan di Perbatasan Kian Memanas

Pada tanggal 4 Oktober 2009 media daring Timor Leste TimorOhin [Tet.] [TimorHariIni], memberitakan perseteruan yang sekali lagi terjadi di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste di Perbatasan Oecusse.

Dalam siaran radio menggunakan bahasa Tetun Candidas Elu dari Radio Atoni Oecusse, TimorHariIni memberitakan bahwa;

Polisia fronteira detein TNI nain 9 tama illegal iha Oe-Cusse [Tet.]

Polisi perbatasan menangkap 9 anggota TNI karena masuk secara ilegal ke wilayah Oe-Cusse.

Berita selengkapnya, yang didukung oleh berkas MP3 bisa diunduh via TimorOhin di sini.

Berita ini juga disimak oleh narablog TimorNewsNetwork .  Pada 5 Oktober, jurnal mingguan Tempo Semanal menampilkan pos mengenai berita tersebut.

TimorOhin menyediakan layanan bagi para jurnalis-jurnalis muda yang tinggal di segala penjuru Timor Leste, untuk melaporkan peristiwa teraktual negeri bagi seluruh warga Timor Leste yang tinggal di dalam negeri, luar negeri, maupun komunitas internasional.

Dalam berita tersebut, reporter Elu dari Radio Atoni Oecusse menjelaskan bahwa komunitas desa perbatasaan Naktuka di subdistrik Nitibe, yang bekerja dengan Polisi Perbatasan Timor berhasil menangkap 9 anggota Tentara Nasional Indonesia yang secara ilegal masuk ke wilayah Timor Leste pada tanggal 3 Oktober 2009.

Google Maps shows a missing border

Peta Google memperlihatkan perbatasan yang hilang

Radio Atoni Oecusse mengutip Simao de Carvalho, Chefe Suco (kepala daerah) wilayah Ben-Ufe (lokasi desa Naktuka), mengatakapara anggota TNI memasuki Timor Leste pukul 09:00 dengan kendaraan militer dan membawa persenjataan. Namun, pukul 14:00 Kantor Pusat Polisi Nasional Timor di Dili memerintahkan keamanan setempat untuk membebaskan mereka dan mengizinkan mereka untuk kembali ke Indonesia. Radio Atoni Oecusse mengutip pemuda setempat yang merasa kesal karena sementara masyarakat Timor dipenjara karena menyeberang perbatasan secara ilegal, anggota tentara Indonesia tidak diperlakukan sama. Polisi setempat menjelaskan kepada penduduk bahwa area perbatasan masih diawasi dan keputusan pembebasan datang dari seseorang dengan berkedudukan tertinggi di Dili.

Perseteruan yang sudah lama terjadi. Baik blog Dili Insider dan East Timor Law dan Justice Bulletin memberitakan masalah yang semakin memanas pada bulan Juni 2009. Yang direbutkan adalah kompleks sawah padi, dan juga hutan dengan banyak pinang yang mengandung nilai “adat”penting bagi masyarakat disepanjang Perbatasan Oecusse.

Perseteruan yang sudah dimulai jauh sebelum blan Juni lalu adalah bagian dari rententan masalah yang berulang kali terjadi di daerah kantong disepanjang perbatasan. Terutama, setelah tindakan pemaksaan oleh TNI, termasuk jet tempur dan kapal perang pada Januari 2004, Timor-Leste menyerahkan hak kepemilikan Pulau Batek, atau yang lebih dikenal dengan Fatu Sinai di Oecusse, pada Indonesia di 2005.  Animo publik di daerah kantong bercampur antara frustasi dan menolak menyerahkan Naktuka bila diminta.

Jelasnya, ini bukan kali pertama TNI ditangkap di area ini. Selama perseteruan Fatu Sinai/Batek, polisi Timor pernah menangkap anggota TNI di daerah yang sama.

Pada bulan Juni narablog Indonesia berita hankam memposkan berita mengutip perkataan Let.Kol Yunianto Komandan Perbatasan TNI ,

TNI hanya bertugas menjaga keamanan dan pertahanan negara. Sehingga kami tidak bisa masuk ke wilayah yang diduduki untuk mengusir warga Timor Leste tersebut. Kami sudah menyampaikan protes keras kepada polisi penjaga perbatasan Timor Leste,” lanjutnya.

Close Up of Naktuka Area - from Dili Insider

Area Naktuka secara dekat – dari Dili Insider

Beberapa tokoh masyarakat dari pihak Indonesia telah mengutarakan secara terbuka dan dengan agresif mengenai siapa yang berhak mengklaim Naktuka.  Surat kabar Dili Insider mengungkapkan bahwa Robby Manoh, yang dikutip oleh The Jakarta Globe mengatakan, “bila ketidakadilan ini berlanjut, kita tidak punya pilihan lain kecuali bertempur”, faktanya dia adalah Raja komunitas Amfoan  – wilayah di seberang perbatasan dari Naktuka.

Narablog Indonesia Radio Sahabat memberitakan bahwa Manoh sekali lagi mengungkit masalah Naktuka dengan Gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hampir sebulan yang lalu.

Menariknya, dengan kasus Maternus Bere, mantan komandan milisia pro-Indonesia yang ditahan di Kedutaan Indonesia, ditambah lagi peristiwa yang baru saja terjadi, pertemuan komisi keamanan trilateral dan pembangunan Indonesia, Australia dan Timor-Leste - Indonesia menekan salah satu titik kelemahan Dili.  Titik kelemahan ini menempatkan penduduk Dili yang berjumlah 60.000 terombang-ambing di perbatasan Timor Barat Indonesia – Oecusse.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.