Timor Leste: Suai Media Space Tantang Pemisahan Digital

Sembilan tahun setelah Timor Leste memiliki sambungan Internet untuk pertama kalinya, negeri ini masih mengalami pemisahan digital. Akses fisik untuk teknologi, sumber daya dan peralatan sangat sulit; satu jam berselancar di Internet sama mahalnya dengan gaji perhari, dan partisipasi masyarakat digital atau e-commerce[En] secara maya hampir tidak ada. Di komunitas terkecil, seperti di Suai, di Timor Leste bagian selatan, sambungan Internet masih dalam angan-angan.

Jen HughesUsaha untuk memperkecil pemisahan digital ini antara lain dilakukan oleh seorang pembuat dokumenter dari Australia Jen Hughes, pendiri Suai Media Space – [En] (Wadah Media Suai) – proyek media sosial yang menghubungkan masyarakat Suai dengan komunitas dunia. Dengan menempatkan kebudayaan dan kreativitas dalam persahabatan, tujuan utama proyek ini adalah “agar suara masyarakat Suai didengar seluruh dunia”.

T : Bagaimana Anda bisa terlibat dengan Timor Leste?

J : Saya mulai mengikuti cerita persahabatan antara Port Phillip (lingkungan asal saya) dan Suai pada Desember 1999. Persahabatan dimulai ketika membantu pemulihan Suai. Saya tertarik dengan bagaimana persahabatan lintas batas antar budaya semacam ini berperan dalam pemulihan masyarakat Timor dari trauma dan kerusakan, dan apa yang masyarakat Timor lakukan untuk memulihkan diri mereka sendiri.

Hasilnya adalah situs Suai Media Space dimana terdapat isi yang ditulis dan dibuat oleh generasi muda dan lainnya yang juga berasal dari Suai seperti saya dan sebuah dokumenter berbentuk video berseri Letters to Suai and Port Phillip [En] Surat untuk Suai dan Port Phillip (yang akan saya unggah tahun ini). Saya merekam selama lebih dari sembilan tahun sejak saya mengikuti dan berpartisipasi dalam persahabatan antar dua tempat yang benar-benar sangat berbeda. Dapat dilihat secara bersama ‘surat-surat’ yang memperlihatkan kekayaan dan keindahan adat-istiadat tradisional masyarakat Timor yang membantu mereka dalam proses pemulihan.

Mereka juga mengungkapkan adat istiadat dalam peralihannya ke gaya modern, sebagaimana generasi muda sangat tertarik menyambut peralatan digital dan Internet untuk mengekspresikan selera musik dan cerita mereka.

Photo : Friends of Suai

Foto : Batu Friends of Suai

T : Anda bekerja sama dengan komunitas mana?

J : Saya bekerja sama dengan dua komunitas. Port Phillip di Melbourne dan Suai kota pedesaan sebelah Barat Daya Timor Leste. Mengajak mereka terlibat dalam situs sebenarnya sulit dan masih dalam proses. Dari tahun 1999 sampai sekarang ‘proyek’ saya telah berkembang menanggapi apa yang Friends of Suai [En] Sahabat Suai telah lakukan, apa yang sedang berlangsung di Port Phillip dan Timor Leste, terutama Suai, sumber daya dan teknologi saya pun berubah. Saya mulai mengumpulkan cerita-cerita dan membentuk hubungan di Port Phillip dan Suai juga kota jembatan Dili dan Darwin. Di tempat-tempat itu masyarakat yang memahami proyek saya kebanyakan masyarakat Australia, masyarakat Timor dan masyarakat Timor Australia yang tinggal di Timor dan Australia.

T : Bagaimana komunitas bisa terlibat dengan proyek?

J : Sebenarnya ada berbagai macam cara agar komunitas dapat terlibat terserah bagaimana cara mereka membayangkannya. Tapi dengan menjadi teman Suai dengan melihat dan membaca cerita-cerita mereka, memberi komentar, menghubungkan melalui blog atau situs Anda atau bergabung dalam persahabatan lewat berbagai cara adalah permulaan yang bagus. Kontribusi penting lainnya adalah terjemahan. Semakin banyak jumlah bahasa yang kami punya maka semakin beragam komunitas kami.

Mungkin saja, keterlibatan komunitas dalam situs bertambah tahun ini, mungkin tidak tercapai dalam periode sepuluh tahun yang telah saya canangkan atau tidak sama sekali. Saat ini masyarakat dari kedua komunitas bisa meminta menjadi penulis, dimana mereka bisa melakukan apa saja sendiri karena situs dilengkapi dengan perangkat lunak blog yang memungkinkan untuk melakukan ini. Siapapun bisa bergabung dengan grup Facebook, daftar ke halaman YouTube kami dan terhubung langsung, mengirim cerita dan foto atau video pendek melalui surel, CD, DVD, dan akan saya unggah atas nama mereka.

Saya juga telah membuat situs jaringan sosial Ning. Saya belum mempromosikan situs-situs jaringan sosial. Saya sedang menunggu sambungan Jalur Lebar untuk sampai ke Suai dan menyelanggarakan beberapa loka karya untuk mereka. Lalu mereka bisa saling menunjukkan situsnya dan saling mengajarkan. Jika ada orang yang ingin membantu saya atau sekedar berbicara dengan saya untuk menawarkan kemampuan khusus yang mereka miliki, bisa hubungi saya dan mulai berbincang.

Telah banyak aktivitas dari berbagai lapisan masyarakat di Komunitas di Suai yang kemudian membentuk perkembangan isi. Tahun ini seorang pria muda bernama Chamot dari Kamenassa Suai, mendengar tentang Suai Media Space melalui teman yang sama-sama saling mengenal, dan mengirimkan saya puisi-puisinya lewat surel meminta saya untuk mengunggah puisi-puisinya ke Suai Media Space. Kami sudah mengundang orang yang mengunjungi situs ini untuk menerjemahkan puisi-puisinya. Kami sedang mencari penerjemah bahasa Inggris dan Portugis untuk ini jika ada yang tertarik menjadi sukarelawan?

T : Bagaimana orang-orang dapat mengakses Internet dari Timor Leste, terutama dari Suai?

J : Internet baru tiba di komunitas Suai sekitar tahun 2004. Pada tahun 1999 di Port Phillip kami memiliki akses sambungan dial-up[En] di rumah-rumah kantor dan perpustakaan kami. Di Timor Leste semua infrastruktur komunikasi dihancurkan oleh milisi pendukung Indonesia setelah mereka meninggalkan negara untuk pemungutan suara. Saat saya pergi ke Suai pada Juli 2000 Telstra Australia menyediakan komunikasi telpon selular mahal yang tidak dapat diandalkan sambungannya di distrik-distrik dan darat di Dili. Saya rasa sambungannya melalui Timor lewat Darwin lalu balik lagi ke Timor. Saya dengar tagihannya disesuaikan dengan tarif panggilan internasional.

Di saat darurat PBB mempunyai satelit di Suai yang bisa digunakan oleh beberapa NGO tapi kami lebih mengandalkan mobile [En]. Kadang ketika seorang teman dari PBB membantu kami bisa menggunakan akses surel mereka. PBB mengambil kembali satelitnya bersama mereka ketika mereka selesai! Saat itu akses untuk masyarakat Timor sangat sulit. Orang-orang dari PBB dan polisi PBB sering tidak mengetahui siapa anggota milisi dan siapa yang bukan sehingga seringkali orang-orang asing mendapat akses hak-hak istimewa seperti akses untuk Internet dan helikopter ke Dili, yang tidak bisa didapatkan oleh masyarakat setempat.

Akses Timor Telecom Internet[En] Internet Telkom Timor di Suai adalah sambungan dial-up[En]. Kantor menyediakan satu terminal komputer untuk seluruh desa Covalima, dan siapa pun bisa memasang ke laptop [En] secara bersamaan. Jadi bagi beberapa orang yang mempunyai laptop [En] biasanya mereka bisa langsung terhubung dengan cepat sementara yang lainnya menggunakan sambungan Internet Telkom Timor di komputer. Biayanya sangat mahal untuk sebagian besar masyarakat dengan penghasilan 2 US$ per jam. Masyarakat Timor yang saya kenal yang menggunakan Internet mempunyai penghasilan dengan bekerja di NGO.

Saya memberikan penulisan cerita untuk lokakarya-lokakarya Internet yang dilengkapi dengan foto-foto yang telah dikecilkan sampai 30 KB di Photoshop. Kami bisa mengunggah teksnya namun kami tidak bisa mengunggah foto-foto ataupun mengirimkannya lewat surel ke Australia untuk diunggah ketika menggunakan terminal Telkom Timor dan laptop [En] Apple McIntosh. Beberapa kali kami mencoba meminta bantuan konter secara lokal dan menghubungi Telkom Timor di Dili untuk meminta bantuan tentang ini tapi pada akhirnya menyerah dengan kesal. Saya pengguna Internet berpengalaman dan kolega saya, yang juga seorang Australia, tapi sudah bekerja dan tinggal di Timor Leste dan Indonesia selama beberapa tahun, juga pengguna surel dan Telkom Timor yang berpengalaman. Ia bisa berbicara dalam bahasa Tetun tapi bukan Portugis. Kami berdua tidak bisa mendapat bantuan. Terminal setempat sering memberi peringatan-peringatan tentang virus-virus, tapi ketika kami menanyakan staf kantor setempat bagaimana cara menanggulanginya kami disarankan untuk mengabaikannya.

Ketika akses gratis jalur lebar tersedia di Suai perangkat lunak jaringan sosial yang terhubung dengan situs seharusnya menyambungkan antar dua komunitas dan lainnya dari belahan dunia lain menjadi lebih nyata dan luas. Maka rintangan yang tersisa adalah bahasa! Untuk mengatasi ini kami akan memerlukan penerjemah sukarelawan dan beberapa konsep komunitas pengembangan budaya untuk melancarkan roda hubungan. Kemudian kita akan lihat apakah kita benar-benar bisa memiliki persahabatan antar dua komunitas yang membantu pembangunan masyarakat Suai.

T : Bagaimana awal mula YoMaTre, Pusat Media Pemuda? Bagaimana perkembangan proyek itu?

J : Saya mulai bekerja langsung dengan koordinator pusat pemuda Covalima,  Ergilio Vicente di tahun 2006, ketika saya bermitra dengan Sahabat dari Suai. Saya bertemu Ergilio sebelum itu, tahun 2002 kali pertama kami mendiskusikan proyek dan saya juga kenal Josh Trinidade yang mendirikan pusat pemuda tahun 2000. Kelanjutan cerita bisa dibaca di situs.

‘Keterlibatan komunitas’ pertama saya adalah ketika mencoba menjalin persahabatan dengan Sergio da Costa, yang adalah seorang seniman Suai. Ia berusia sekitar 18 ketika kami memulai, sekarang ia berusia 27. Sergio dan saya mulai saling tukar-menukar barang-barang seperti bahan-bahan seni, alat perekam, tape [En], CD tentang surat dan lukisan, dengan cara meminta bantuan orang untuk membawakannya. Dan inilah caranya sebagian besar kegemaran kami dalam bentuk film, surat, foto, bisa terhubung selama lebih dari 8 atau 9 tahun. Hasil karya Sergio dan hasil karya seni lainnya dari Suai bisa dilihat di sini.

‘Keterlibatan komunitas’ pertama saya adalah ketika mencoba menjalin persahabatan dengan Sergio da Costa, yang adalah seorang seniman Suai.

Suai artist

Foto : Portret diri Sergio da Costa. Pensil di atas kertas tahun 2000.

Pada mulanya Sergio memberikan dan mengirimkan saya banyak gambar-gambarnya. Di antaranya beberapa portret diri yang sarat dengan kesedihan. Lantas tahun 2003 saya kembali ke Suai dengan gambar-gambarnya dan Sergio dan saya membuat video tentang hasil karyanya dengan tambahan narasi. Saya menyuntingnya dan memeriksanya bersamanya ketika saya kembali pada tahun 2006. Video tersebut masih dalam tahap untuk diunggah tahun ini. Ia memiliki salinannya dalam bentuk DVD dan saya mempunyai beberapa materi untuk ditambahkan. Film-film yang telah saya buat dikirim ke Suai atau saya membawanya dan memperlihatkannya di sana dalam konteks yang bervariasi – umum dan pribadi. The Circle of Stones  [En] Lingkaran Batu adalah yang paling populer.

Di tahun 2006 kami mengirimkan peralatan-peralatan media yang didanai oleh Sahabat dari Suai di Port Phillip, dan saya mengadakan lokakarya produksi video yang pertama. Sejak saat itu YoMaTre organisasi pelatihan media pemuda dibentuk dan deretan lokakarya Internet dan pembuatan video pun telah diselenggarakan.

Pada bulan Juni tahun lalu kami mengadakan lokakarya untuk mengajar anggota YoMaTre tentang bagaimana cara menulis di Internet, mengambil foto secara digital dan bagaimana caranya mengakali dan meringkas sesuai situs dan kami membuat beberapa imovies [En]. Kami juga memberitahu mereka bagaimana mengunggah cerita-cerita ke dalam Suai Media Space. Cerita-cerita mereka bisa dibaca dalam bahasa Tetun (bahasa setempat) dan Inggris. Di sini Anda juga bisa melihat cerita-cerita dan foto-foto yang ditulis oleh anggota YoMaTre tentang kegiatan Perdamaian akhir tahun lalu.

Saya tinggal dengan masyarakat pemasaran Timor dan tidur di lantai di Suai. Saya berbelanja di pasar setempat, dan saya telah melakukan ini selama sembilan tahun. Selagi saya melewati pasar pada bulan Juni 2008 saya mendengar orang meneriakkan, “Jen Hughes” – itu adalah momen menyenangkan untuk saya.

Suai people

Foto : Ergilio Grasi, Lin dan lainnya membuka perlengkapan video pada bulan Februari, 2006.

T : Meskipun mengalami kendala-kendala untuk mengakses Internet, Port Phillip dan komunitas-komunitas Suai tampak menikmati dalam berinteraksi di antara mereka. Apakah Anda bisa menceritakan tentang proyek Pertukaran Pesan Batu?

J : Di tahun 2001 saya menggarap suatu film panggilan keadilan yang berdasarkan rekaman yang saya ambil pada saat perayaan pertama pembantaian di  Suai. Film itu berjudul Circle of Stones [En] Lingkaran Batu.

Pada perayaan pertama masyarakat Suai menempatkan batu atau ukiran batu dalam lingkaran di luar gereja dimana pembantaian terjadi.

Circle of Stones, Suai

Foto : Circle of Stones, Suai, Perayaan Pertama, Pembantaian Gereja Suai, 6 September 2000.

Tahun berikutnya saya memprakarsai pemutaran Circle of Stones dan peringatan peristiwa di Port Phillip di balai kota St Kilda. Oleh karena solusi teknologi tinggi untuk sambungan dan keterlibatan tidak tersedia saya pikir ide bagus bila menggunakan perantara komunikasi yang biasa dipakai oleh masyarakat Suai untuk memperingati yang dikasihi. Jadi kami mengundang masyarakat Port Phillip untuk membawa batu dengan ukiran pesan untuk masyarakat Suai dan membentuk lingkaran batu guna memperingati mereka yang meninggal dalam Perayaan Kedua Pembantaian Gereja Suai, 9 September 2001.

Sekitar 200 orang menghadiri, menonton film, mendengarkan musik dan cerita dan menempatkan batu dan bunga di dalam lingkaran di luar Balai Kota. Batu-batu dan lingkaran-lingkaran batu ini sekarang menghubungkan dua komunitas dan sebelum Perayaan ke-10 pada bulan September batu-batu tersebut akan dipajang di Suai Media Space di tempat khusus. Pada bulan September tahun ini juga, kami berharap cerita ini akan diproyeksikan pada Perayaan ke-10 Pembantaian Gereja Suai.

Circle of Stones, a 2001 Video

Circle of Stones, video tahun 2001

T : Lalu bagaimana dengan pertukaran portret diri?

J : Seorang pekerja muda di Port Phillip memprakarsai pameran untuk anak muda di Port Phillip dan meminta Sahabat Suai untuk mengundang beberapa seniman dari Suai untuk mengirim beberapa lukisan untuk diikutsertakan. Banyaknya hasil lukisan potret Sergio menunjukkan bahwa ia banyak kenal dengan seniman lain di Suai, maka Sergio dipanggil untuk memperkenalkan mereka pada Sahabat Suai.

Suatu hari ada seorang pemuda yang sangat berbakat di kursi roda berasal dari Suai Loro bernama Atoy…

Self portrait

…yang lainnya adalah seorang anak lelaki yang hasil karyanya bisa dilihat di seluruh tembok di sepanjang Suai.

Foto pertama: Potret Seorang Anak Lelaki oleh Atoy; foto kedua: Seni di Dinding Suai oleh Almeida (keduanya pada bulan Juni 2008)

Mereka dibayar dan diberi peralatan-peralatan seni untuk memproduksi potret diri untuk pameran potret di Port Phillip. Ini akan mengarah pada meluasnya pertukaran potret diri antar sekolah. Sekolah-sekolah belum memberikan izin untuk menaruh potret-potret ini tapi diperkirakan kami akan melakukannya bulan-bulan yang akan datang.

T : Apa tantangan utama yang Anda alami dalam 10 tahun terakhir?

J : Salah satu tantangan terberat proyek ini adalah membuat orang untuk mengerti. Itu menjadi tantangan pembelajaran bagi kami semua, termasuk saya karena teknologi selalu berubah tiap waktunya (dan masih sampai sekarang). Orang-orang yang berpikiran secara praktis sering mengatakan makanan untuk mulut lebih penting. Jawaban saya atas itu adalah tidak semua orang bisa bekerja di bidang yang sama dan anak-anak muda menganggur dan bosan. Orang-orang tidak pernah percaya akan hal ini. Saya hanya beruntung dua koordinator Sahabat Suai di Port Phillip yang terlama memimpin kantor keduanya menghargai kekuatan dan pentingnya media dan bisa mengerti maksud saya tentang media seni dan perannya untuk masa depan pemuda Suai. Salah satu tantangan adalah saya harus mempelajari tentang proses-proses pengembangan komunitas. Satu hal yang penting adalah permintaan akan asisten untuk proyek khusus harus datang dari Suai. Prioritas mereka sangat berbeda dengan saya, dan Ergilio tidak memesan peralatan-peralatan media sampai ia melihat sendiri manfaatnya untuk video edukasi di komunitasnya, setelah Oxfam mengadakan lokakarya media dalam program HIV mereka dan permintaan inilah yang kemudian membuat saya menyadari keperluan untuk mendanai.

Saya tidak menyadari sampai tahun lalu (2008), bahwa Ergilio tidak terlalu mengerti proyek yang pada mulanya kami diskusikan pada tahun 2000. (Saya rasa saya juga tidak tahu apa hal itu sebenarnya pada saat itu!) Saya sering diperingatkan pada tahun 2000 agar jangan menjanjikan sesuatu bila tidak bisa menepatinya, jadi saya menuruti petunjuknya untuk “pergi saja dan mulai” secara serius. Ironisnya, diskusi bersama Ergilio di tahun 2000 membuat saya mendedikasikan waktu sepuluh tahun bekerja untuk menepati janji saya! Ada lirik lagu dari Australia oleh Paul Kelly yang berkata “hati-hati dengan apa yang kamu impikan, kamu bisa saja mendapatkannya!” Dan saya memang mendapatkannya!] Selama lebih dari sembilan tahun, proyek telah mencapai gol dengan cara berbeda dari yang saya bayangkan sebelumnya, dan pada waktu yang benar-benar berbeda. Permintaan Ergilio pada tahun 2005 inilah yang akhirnya mengarah pada pembentukan grup media Suai dan merupakan kebutuhan-kebutuhan mereka akan konser dengan aksi dari Sahabat Suai dan yang lainnya, yang sebenarnya membentuk grup media. Sekarang Federasi Jurnalis Internasional juga ikut terlibat, jadi hal tersebut dapat menambah dimensi lain pada pelatihan bakat mereka. Situs dan proyek media yang kami miliki sudah sesuai dengan visi asli saya di beberapa level, tapi tidak semuanya. Fakta keberadaan mereka dan dampak positif mereka, sudah sangat memuaskan.

Tantangan-tantangan yang dialami sangat berat, baik secara pribadi maupun profesional. Beberapa di antaranya datang lewat cerita-cerita di atas tentang keterlibatan komunitas. Secara pribadi, saya membutuhkan banyak kesabaran dan ketabahan yang mempersiapkan saya dengan determinasi untuk terus maju dan terus mempelajari proses-proses pengembangan komunitas dan keahlian teknologi karena teknologi terus mengalami perubahan dan terus maju karena jalannya suatu proyek tidak pernah bisa ditebak. Saya sering teringat seorang aktivis Australia Lee Kirk yang memperkenalkan saya pada mantra “neinek-neinek” atau “pelan-pelan tahap demi tahap” ketika ia masih bekerja di Suai. Saya belajar untuk mendengarkan Ergilio dengan seksama dan tetap flesibel untuk membiarkan proyek agar terus berkembang dan tidak menyerah pada harapan oranglain.

Sebelumnya kami tidak memiliki sambungan kontak Internet dial-up [En] reguler. Seringkali layanan pesan singkat adalah cara terbaik untuk berkomunikasi. Baru hari ini Ergilio menanyakan nama Skype saya! Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa kesabaran dan toleransi pribadi dari Ergilio Vicente dan Simao Barretto dari Suai. Tidak lupa juga hasil kerja Sahabat Suai dari dua tempat.

T : Adakah mimpi Suai Media Space agar suara mereka didengar di seluruh dunia. Bagaimana orang dapat terlibat dan membantu untuk mewujudkan mimpi in menjadi kenyataan?

J : Saya tahu pemuda Suai akan senang ketika orang benar-benar menanggapi mereka dengan memberi komentar atau mengirim mereka surel. Mungkin terdengar sederhana tapi dengan memberi mereka pembaca Anda menyediakan mereka hadiah yang indah. Itu hal pertama. Yang kedua adalah agar para pembaca memberitahu mereka siapa mereka dan apa yang membuat mereka tertarik.

Yang juga diperlukan adalah tutor-tutor yang berbicara bahasa Indonesia dan Tetun untuk program pelatihan. Hal seperti ini harus direncanakan dengan teliti sebelumnya. Program-program pelatihan dalam segala bentuk harus mencukupi kebutuhan pemuda Suai dan mereka biasanya tahu apa yang mereka mau. Saat ini Sahabat Suai sedang menjalani proses konsultasi untuk mengenali pelatihan yang lebih terstruktur dan bahkan terprogram dan kapan tempat yang membutuhkan pelatih ini bisa didirikan. Grup itu juga memiliki tuntutan lain tentang sumber finansial mereka dan sampai saat ini mereka belum berkomitmen untuk mendanai pelatihan untuk periode dua tahun ke depan. Pusat Pemuda Covalima terkelola dengan baik dan sanggup merencanakan pelaksanaan program pelatihan mereka, dukungan finansial untuk itu akan sangat bagus.

Kontribusi lain oleh komunitas bisa menjadi penterjemah menu-menu dan buku petunjuk atau pembelian buku panduan Indonesia. Atau, saya selalu berpikir akan sangat menyenangkan bila mempunyai panduan ‘bagaimana untuk’ dalam bahasa Tetun atau Indonesia secara on line [En] untuk mereka. Mungkin sudah ada beberapa situs Indonesia yang seperti ini. Bila ada saya tidak mengetahuinya dan menyediakan sambungan-sambungan ini akan sangat bagus.

* * *

Simak juga Suai Media Space di YouTube, dan sahabat dari grup facebook YoMaTre.

Wawancara ini adalah bagian dari pos berseri dalam rangka merayakan peringatan sampainya Internet di Timor Leste. Artikel pertama menjelaskan pemisahan besar digital di negara tersebut. Pos berikutnya, Anda diajak untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kesulitan-kesulitan yang dciialami para pengguna blog dari Timor Leste ketika mengunggah isi dari Internet dan “Tele Schools“, solusi yang diputuskan untuk diadopsi oleh Pemerintah sebagai cara untuk menyediakan pendidikan setempat tanpa keperluan mengakses Internet.

PlayPlay

7 komentar

Bergabung dalam diskusi

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.