Mancanegara: George W. Bush sebagai utusan diplomatik bagi Timur Tengah?

Sebuah artikel opini yang ditulis untuk Newsweek beranggapan bahwa George W. Bush dapat menjadi nilai tambah bagi administrasi presiden Amerika Obama apabila dia menjadi utusan diplomatik untuk Timur Tengah, opini barusan menuai reaksi di blogosfer. Artikel tersebut, ditulis oleh Gregory Levey, penulis buku berjudul Shut Up I'm Talking: And Other Diplomacy Lessons I Learned in the Israeli Government–A Memoir dan mantan penulis naskah pidato bagi pemerintah Israel, mendukung agar Bush dan Obama untuk memainkan peran “polisi baik, polisi jahat” dengan Israel, seraya melupakan perlunya diplomasi dengan wilayah Timur Tengah lainnya

Narablog Suriah Anas Qtiesh mengkritik usulan Levey, dan menyorot pernyataan Levey yang mengatakan bahwa Israel harus menjadi prioritas ketentuan diplomatik luar negeri A.S.  di Timur Tengah:

Jadi Tn. Levey mengatakan penting halnya bagi A.S. untuk meraih kepercayaan Israel agar pemukian dan Yudaisme ilegal berhenti bermunculan di Yerusalem, dan juga tak kalah pentingnya untuk mendapatkan restu Israel agar dialog dengan Iran dapat dimulai. Usulan tak jelas ini sepadan dengan pembenaran pendapatnya yang mengatakan: “Disepanjang sejarah hubungan bilateral A.S-Israel, mungkin tak satupun presiden yang layak dipuja dan diberi kepercayaan tak tertandingi selain Bush.”

Narablog Australia sekaligus journalis Antony Loewenstein juga bertanya-tanya mengapa warga Arab tidak diikut sertakan dalam tulisan Levey, menurutnya:

Mantan staf kantor Perdana Menteri Israel, Gregory Levey, mengusulkan kabinet Obama untuk menunjuk George W. Bush sebagai utusan Timur Tengahnya guna memberi tekanan sekaligus merayu Israel.

Sungguh jelas bahwa Levey belum pernah sekalipun berbicara dengan satu warga Arab di Timur Tengah; Bush bukanlah seorang tokoh yang disukai (di sana).

Max Strasser narablog Next Year In, sebuah blog yang menyorot Timur Tengah, terperangah akan siratan bahwa warga Israel mencintai George W. Bush, meski kenyataan mengatakan bahwa dukungan terhadapnya rendah:

Celaka.  Hal ini sedikit memalukan bagi warga Israel.  Bush mengakhiri masa jabatannya sebagai salah satu presiden paling tidak populer dalam sejarah Amerika.  Dia dibenci di seluruh dunia.  Namun masih saja Israel mencintainya?  Hal ini menjadikan Israel tak ubahnya  negara “pembangkang”.  Saya harap hal ini tidak akan memperlihatkan suatu apapun yang terlalu menyolok mengenai arah politik Israel.

Narablog yang menggunakan pseudonim Doctor Biobrain, yang bahkan tempat tinggalnya tidak diketahui, mempertanyakan mengapa dukungan A.S. untuk Israel selalu mutlak:

Tolong seseorang untuk menjelaskan kepadaku mengapa kita perlu membahagiakan Israel? Aku bahkan tidak percaya bahwa dengan menempatkan mereka di Timur Tengah merupakan keuntungan strategis bagi kita, kupikir malah sebaliknya. Israel merupakan salah satu permasalahan terbesar kita di Timur Tengah. Bukannya aku tidak mendukung eksistensi mereka, hanya saja aku tidak paham mengapa mereka merupakan kepentingan strategis bagi kita atau mengapa kita perlu memenangkan mereka terus. Begitu juga dengan embargo Kuba, Aku yakin bahwa dukungan kita bagi Israel lebih menyerupai dukungan politik dalam negeri ketimbang ketentuan politik luar negeri dan siapapun yang mengatakan hal yang bertolak belakang pastilah mempunyai agenda tertentu.

Namun bila eksistensi mereka benar-benar penting bagi kita, Anda akan berpikiran bahwa keberadaan mereka jauh lebih penting bagi diri mereka sendiri. Dan jika dukungan kita terhadap mereka membuat eksistensi mereka menjadi mungkin, tidakkah menurut Anda bahwa mereka seharusnya membuat kita bahagia dan bukan sebaliknya. Dan bila dukungan kita tidaklah penting bagi kelangsungan hidup mereka, dan mereka hanyalah menolong kita dengan menerima bantuan yang kita tawarkan, maka mungkin sebaiknya kita berhenti mendukung mereka. Hal ini sepertinya teramat jelas bagiku.

Meski hampir mustahil menemukan narablog yang mendukung tulisan Levey, Jason Zengerle, narablog The New Republic, melihat tulisan tersebut sebagai suatu metafora, namun diapun mengkritik Bush, menurutnya:

Aku rasa hal ini dimaksudkan untuk mendorong Obama untuk bertindak layaknya Bush dalam menyikapi Israel. Salah satu bentuk pendekatan gaya Bush, menurut Levey, adalah  Obama “berbicara langsung dengan Israel, seperti yang sering kali Bush lakukan.” Namun sungguhkah Bush berbicara langsung dengan Israel sesering itu? Dia tidak pernah mengunjungi Israel selama dia memegang jabatan presiden hingga Januari 2008, tujuh tahun sejak dia pertama kali masuk ke Gedung Putih. Dan hanya sekali dia melakukan kunjungan ke sana, bulan Mei tahun lalu, untuk berbicara dengan Knesset (dan melontarkan cercaan samar terhadap Obama). Obama, tentunya, telah menjabat presiden selama enam bulan. Aku setuju dengan Levey (dan aku rasa sebagian besar masyarakat juga setuju) dalam beranggapan bahwa Obama harus berbicara langsung pada Israel. Namun aku tak sependapat bahwa dia harus meniru contoh Bush, jika dan apabila dia berbicara  dengan Israel secara langsung.

Juga terdapat pos blog bernada guyon.  Seperti yang ditulis David Pleasant

Astaga. Gregory Levey, dalam sebuah artikel di Newsweek, mengusulkan agar Presiden Obama menunjuk George W. Bush sebagai utusan spesial untuk Timur Tengah. Mmm, satu-satunya tempat bagi Bush yang kuusulkan pada pemerintah adalah Penjara Super Ketat di kota Florence, Kolorado.

…Sementara, Matthew Saroff narablog 40 Years in the Desert melontarkan komentar sini

Juga dalam berita terkait, dia mengusulkan agar Hannibal Lecter ditunjuk sebagai ketua komite khusus kesehatan nutrisi , Mary “Mary Tiphoid ” Mallon sebagai ketua keamanan pangan dan gizi di FCC, Timothy Leary sebagai Kaisar Narkoba, dan Gibernur Carolina Selatan Rick “Penjelajah jalur pegunungan Appalachian” Sanford sebagai ketua komite khusus untuk etika dalam pemerintahan.

…dan Oliver Willis (A.S.) berkelakar:

Berita terkait, Godzilla telah ditunjuk untuk bergabung dalam tim kerja pembangunan kembali kota Tokyo.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.