Rusia Memperkuat Sensor Terhadap Konten Jejaring Sosial ISIS

Russia's new efforts to search for and delete ISIS social media content. Images edited by Kevin Rothrock.

Upaya baru Rusia untuk mencari dan menghapus konten jejaring sosial ISIS. Foto edit oleh Kevin Rothrock.

Upaya mereka setahun belakangan dalam merebutan wilayah telah mengejutkan dunia, namun beberapa kesuksesan mereka kini pun muncul di dunia maya, dimana media ISIS berkembang. Dengan menggunakan Twitter, Instagram, dan YouTube, serta berbagai meme Internet, ISIS meluncurkan videos dan gambar-gambar, yang seringkali mengetengahkan aksi pemenggalan kepala dan penyiksaan terhadap warga Irak dan Suriah. Pendukung dan berbagai pengguna Internet yang tidak bertanggung jawab dengan cepat mengunggah dan menyebarkan konten-konten tersebut di seluruh dunia. 

ISIS, sebuah pecahan Al Qaeda telah menguasai sepertiga wilayah Suriah dan seperempat wilayah Irak, mereka mengusung kampanye kehancuran dan ketakutan. Kelompok itu telah merekrut ribuan muda-mudi di seluruh dunia, mengindoktrinasi mereka dengan ideologi ekstrem, yang oleh Al Qaeda sendiri dinilai “brutal.”

Namun apa yang mendorong ekspansi daring ISIS? Berbagai pemerintah berharap bahwa penangkalan penyebaran mereka di media sosial dapat membatasi gerak ideologi dan logistik kelompok tersebut. 

Baru-baru ini, wakil-wakil PM Rusia Duma meminta Kejaksaan Agung untuk menandai semua video oleh dan tentang ISIS dengan label ekstremis, yang artinya mengharuskan pemerintah federal untuk menyensor publikasi dan aktivitas konten-konten tersebut. Minggu lalu, para pejabat menjawab dengan meminta lembaga pengawas media Rusia, Roskomnadzor, untuk memblokir akses  hampir 400 tautan yang muncul di Vkontakte dan YouTube yang mengarahkan pengguna internet kepada film propaganda ISIS, “Clanging of the Swords.” Pada tanggal 27 Oktober, Kejaksaan Agung memohon kembali pada  Roskomnadzor, untuk memblokir laman-laman Vkontakte yang menyebarkan seruan aktivitas ekstremis dan teroris.

Roman Khudyakov, wakil parlemen yang mengepalai inisiatif tersebut, mengatakan bahwa akses terbuka atas situs-situs yang memuat konten ISIS merupakan ancaman bagi negara dan masyarakat Rusia, mempopulerkan ideologi fundamentalis Islam. Khudyakov, mengutip terjemahan Rusia dalam beberapa video ISIS mengatakan bahwa konten-konten ditujukan untuk merekrut anggota-anggota baru dari Rusia.

Langkah untuk melarang konten media ISIS merupakan langkah terbaru pemerintah dalam hal penyaringan dan sensor Internet, namun kemungkinan untuk memperlemah perekrutan ISIS lewat media sosial amat diragukan. Juni lalu, lembaga konsultan keamanan Soufan Group menerbitkan sebuah penelitian tentang aksi perekrutan daring oleh kelompok asal Suriah ini, menurut temuan lembaga tersebut anggota baru sering kali “saling terhubung di dalam kelompok eksklusif.” Maksudnya, video ISIS  dan meme beredar daring bisa jadi terjadi oleh karena telah adanya jaringan kekerabatan di luar Internet, dan bukan hanya hasil dari kesuksesan kampanye pemasaran lewat media sosial.

Seperti yang Global Voices tulis, tuntutan terorisme dan ekstremisme merupakan salah satu cara yang digunakan polisi di seluruh dunia untuk membatasi kebebasan berekspresi dan menjustifikasi penahanan pengguna media sosial. Rusia memiliki a sejarah panjang pendakwaan umat Islam, termaksud menggunakan metode penyiksaan untuk memperoleh pengakuan dari mereka yang dituduh terlibat dengan terorisme.

Langkah penutupan konten ISIS di dunia maya mungkin saja berhasil memperlemah jangkauan kelompok tersebut di Rusia, namun langkah ini juga membuat warga negara sipil —terutama mereka yang saling berbagi materi relijius lewat Internet — semakin rentan menghadapi dakwaan kriminal, yang mengarah kepada penahan tanpa landasan hukum yang kuat serta perlakuan buruk bagi narapidana di penjara.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.