Israel Mencegat Freedom Flotilla Internasional yang Menuju ke Gaza

Activists on board the  Marianne now being held in Israel. Photograph from @GazaFFlotilla

Para aktivis di kapal Marianne yang kini ditahan di Israel.
Foto dari @GazaFFlotilla

Pasukan Israel mencegat Marianne. Kapal itu kini dalam perjalanan menuju pelabuhan Ashdod #SOSFreedomFlotilla

Angkatan Laut Israel telah mencegat kapal Swedia, “Marianne”, bagian dari Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan], di perairan internasional pada pukul 05.11 waktu Gaza (GMT +3) dan memaksa kapal tersebut untuk beralih haluan ke pelabuhan Israel terdekat, yaitu Ashdod. Koalisi tersebut berada dalam perjalanan ke Gaza untuk memberikan bantuan.

Dalam sebuah pernyataan tidak lama setelah kejadian tersebut, Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] menuduh pemerintah Israel melakukan “perompakan yang dilakukan negara di perairan internasional” serta mempertahankan “kebijakan tanpa toleransi yang sangat sia-sia”.

At 02:06AM today (Gaza time) the “Marianne” contacted Freedom Flotilla Coalition (FFC) and informed us that three boats of the Israeli navy had surrounded her in international waters, while sailing approximately 100NM from Gaza coast. After that we lost contact with the “Marianne? and at 05:11AM (Gaza time) the IDF announced that they had “visited and searched? Marianne. They had captured the boat and detained all on board “in international waters? as they admitted themselves. The only positive content in the IDF announcement was that they still recognize that there is a naval blockade of Gaza, despite Netanyahu’s government recent denial that one exists.

[…]

It is disappointing that the Israeli government chose to continue the absolutely fruitless policy of “no tolerance?, meaning it will continue to enforce an inhumane and illegal collective punishment against 1.8 million Palestinians in Gaza. Israel's repeated acts of state piracy in international waters are worrying signs that the occupation and blockade policy extends to the entire eastern Mediterranean. We demand that the Israeli government cease and desist the illegal detainment of peaceful civilians traveling in international waters in support of humanitarian aid.

We call on our governments to ensure that all passengers and crew from the “Marianne? are safe, and to strongly protest against the violation of international maritime law by the Israeli state. We call on all civil society organizations to condemn the actions of Israel. People all over the world will continue to respond and react to this injustice, as will we, until the port of Gaza is open and the siege and occupation is ended.

Pada pukul 02.06 hari ini (waktu Gaza), Marianne menghubungi Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] (FFC) dan mengabarkan bahwa tiga kapal Angkatan Laut Israel telah mengepung kapal tersebut di perairan internasional, selagi berlayar sekitar 100 mil laut dari pesisir Gaza. Setelah itu, kami kehilangan kontak dengan Marianne dan pada pukul 05.11 (waktu Gaza), IDF [Pasukan Pertahanan Israel] mengumumkan bahwa mereka telah “mengunjungi dan menggeledah” Marianne. Mereka telah menawan kapal tersebut dan menahan semua penumpangnya “di perairan internasional” seperti yang mereka akui sendiri. Satu-satunya hal positif dari pengumuman IDF tersebut adalah mereka masih mengakui bahwa ada blokade laut di Gaza, walaupun pemerintahan Netanyahu baru-baru ini membantah adanya blokade tersebut.

[…]

Mengecewakan bahwa pemerintah Israel memilih untuk meneruskan kebijakan “tanpa toleransi” yang sangat sia-sia itu, berarti mereka akan terus memaksakan hukuman kolektif yang ilegal dan tidak manusiawi terhadap 1,8 juta warga Palestina di Gaza. Aksi perompakan oleh Israel di perairan internasional yang telah dilakukan berulang kali itu merupakan tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa pendudukan dan kebijakan blokade meluas ke seluruh Mediterania timur. Kami menuntut agar pemerintah Israel berhenti dan menghindari penahanan ilegal terhadap warga sipil, yang tidak melakukan kekerasan, yang melintasi perairan internasional untuk mendukung bantuan kemanusiaan.

Kami menyerukan kepada pemerintah kami untuk memastikan bahwa semua penumpang dan kru Marianne selamat, dan memprotes keras pelanggaran hukum maritim internasional yang dilakukan oleh negara Israel. Kami menyerukan kepada semua organisasi masyarakat sipil untuk mengutuk aksi Israel. Warga di seluruh dunia akan terus menanggapi dan bereaksi terhadap ketidakadilan ini, seperti halnya kami, sampai pelabuhan Gaza dibuka serta pengepungan dan pendudukan berakhir.

Berbicara dari salah satu kapal tersebut, Ehab Lotayeh dari tim Canadian Boat to Gaza [Kapal Kanada ke Gaza] membenarkan bahwa Marianne dicegat:

The Marianne was intercepted by the Israelis a few hours ago and our understanding now is that it is being taken to Ashdod.

Marianne dicegat oleh pasukan Israel beberapa jam yang lalu dan setahu kami, kapal tersebut sedang dibawa ke Ashdod.

Robert Lovelace, mantan kepala suku Algonquin di Kanada, memerintahkan tim media sosial Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] untuk mengunggah video berikut sebagai seruan untuk meminta bantuan jika Israel melakukan intervensi. Sebelumnya, ia telah menulis editorial opini yang menjelaskan penyebab ia bergabung dengan Freedom Flotilla.

Freedom Flotilla sebelumnya dinantikan oleh warga Gaza yang menyelenggarakan kegiatan dan berkomentar di Twitter untuk menyambut para anggota kru.

Berbaris di laut #Gaza untuk menyambut #FreedomFlotilla III.
#FreePalestine [Bebaskan Palestina]

Dengan kata-kata Anda, Anda dapat membantu #FreedomFlotilla untuk mencapai #Gaza dengan selamat dan melindunginya dari Israel
#SaveFlotilla3 [Selamatkan Flotilla 3]

Contoh kegiatan tersebut adalah “Gaza Ark Exhibition“ [Pameran Bahtera Gaza], yaitu pameran produk-produk Palestina yang diharapkan akan diekspor dengan Freedom Flotilla III, yang diadakan antara tanggal 6 sampai 8 Juni.

Gaza Ark Exhibition 2015 Poster

Poster Gaza Ark Exhibition [Pameran Bahtera Gaza] 2015

Sementara itu, Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, melancarkan propaganda yang bertujuan untuk mendiskreditkan armada tersebut, menuduh Freedom Flotilla melakukan “kemunafikan” dan menyebut blokade Gaza “legal menurut hukum internasional”. Perhatikan bahwa peta Israel yang dipublikasikan perdana menteri tersebut termasuk wilayah Palestina yang diduduki, Yerusalem Timur dan Tepi Barat.

Ini kemunafikan.

Blokade laut itu sesuai dengan hukum internasional dan ditegaskan oleh komite PBB. Blokade itu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza.

Netanyahu juga mengatakan bahwa “armada ini hanyalah contoh kemunafikan dan kebohongan yang hanya membantu organisasi teroris Hamas dan mengabaikan semua kengerian di wilayah kami.”

Para anggota kru tersebut berasal dari 15 negara berbeda, termasuk empat negara Uni Eropa (Swedia, Prancis, Spanyol, dan Yunani); lima negara Timur Tengah dan Afrika Utara (Israel, Yordania, Maroko, Tunisia, dan Aljazair); Norwegia; Amerika Serikat; Kanada; Turki; Selandia Baru; dan Rusia.

Di antara anggota kru yang paling terkenal adalah mantan presiden Tunisia, Dr. Moncef Marzuki; anggota parlemen Knesset, Bassel Ghattas; profesor dan aktivis Kanada dari suku First Nation [suku pribumi Kanada], Robert Lovelace; anggota parlemen Uni Eropa, Ana Miranda; pensiunan kolonel militer Amerika Serikat dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ann Wright; anggota parlemen Maroko, Abouzaid El Mokrie El Idrissi; anggota parlemen Yunani, Odysseas Voudouris; serta jurnalis-jurnalis dari Al Jazeera, Channel 2 dari Israel, Maori TV dari Selandia Baru, Euronews Arabic, dan sejumlah jurnalis lepas.

Sebagian besar anggota kru lainnya adalah dokter. Mereka terbagi dalam empat kapal yang bernama Marianne, Rachel, Vittorio, dan Juliano, yang diberi nama seperti nama-nama aktivis perdamaian terkenal, yaitu Rachel Corrie, Vittorio Arrigoni, dan Juliano Mer-Khamis (daftar lengkapnya).

Komentar pemerintah Israel tersebut muncul hanya dua minggu setelah laporan PBB tentang perang musim panas lalu di Gaza, yang termasuk seruan berulang kali untuk “segera membuka blokade tersebut”. Mengenai blokade itu, laporan itu menyatakan:

The impact of the hostilities in Gaza cannot be assessed separately from the blockade imposed by Israel. The blockade and the military operation have led to a protection crisis and chronic, widespread and systematic violations of human rights, first and foremost the rights to life and to security, but also to health, housing, education and many others. In accordance with international human rights law, Israel has obligations in relation to these rights and must take concrete steps towards their full realization. In that context, while fully aware of the need for Israel to address its security concerns, the commission believes that the Gaza Reconstruction Mechanism, put in place with the assistance of the United Nations to accelerate efforts to rebuild destroyed houses and infrastructure, is not a substitute for a full and immediate lifting of the blockade.

Dampak pertikaian di Gaza tidak dapat dinilai secara terpisah dari blokade yang dilakukan oleh Israel. Blokade dan operasi militer tersebut telah menyebabkan krisis perlindungan serta pelanggaran yang sistematis, meluas, dan kronis terhadap hak asasi manusi, terutama hak untuk mendapat kehidupan dan keamanan, namun juga kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan sebagainya. Sesuai dengan hukum hak asasi manusia internasional, Israel memiliki kewajiban sehubungan dengan hak-hak ini dan harus mengambil langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya secara total. Dalam konteks itu, walaupun menyadari sepenuhnya kebutuhan Israel untuk menangani masalah keamanannya, komisi ini yakin bahwa Mekanisme Pembangunan Kembali Gaza, yang diberlakukan dengan bantuan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mempercepat upaya untuk membangun kembali rumah dan infrastruktur yang hancur, bukanlah pengganti kewajiban untuk membuka blokade tersebut dengan segera dan seluruhnya.

Global Voices telah mendokumentasikan kabar terkini dari Freedom Flotilla Coalition [Koalisi Armada Kebebasan] dalam berita CheckDesk yang tersedia di sini. Kami sedang menghubungi para anggota kru Flotilla untuk pos berikutnya.

Mulai Percakapan

Relawan, harap log masuk »

Petunjuk Baku

  • Seluruh komen terlebih dahulu ditelaah. Mohon tidak mengirim komentar lebih dari satu kali untuk menghindari diblok sebagai spam.
  • Harap hormati pengguna lain. Komentar yang tidak menunjukan tenggang rasa, menyinggung isu SARA, maupun dimaksudkan untuk menyerang pengguna lain akan ditolak.